April 04, 2025, 17:11 WIB
Last Updated 2025-04-04T10:11:42Z
Agama

Khutbah Idul Fitri Puasa, Mudik dan Idul Fitri Dalam Makna Lahir dan Bathin

Advertisement

 

Ustad Tohidin bersama Ning Balqis pengasuh pondok pesantren Fajar Belitang 

Disusun oleh : Tohidin ( Pengasuh Pesantren Fajar Belitang )




KHUTBAH PERTAMA. 


Diawali Takbir 9x :


اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ


اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ


الْحَمْدُ لله رَبِّ كُلِّ شَيْءٍ، الَّذِيْ جَعَلَ لَنَا عِيْدًا حَرَّمَ فِيْهِ الصِّيَامَ وَأَحَلَّ فِيْهِ الطَّعَامَ، بَعْدَ أَنْ فَرَضَ عَلَيْنَا الصِّيَامَ وَحَثَّنَا عَلَى الْقِيَامِ. صَلَاتُهُ وَسَلَامُهُ عَلَى سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ، الَّذِيْ لِمَجِيْئِهِ انْزَاحَ الظَّلَامُ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ مَدَى الْأَيَّامِ



وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ 

فَهُوَ الْوَلِيُّ الْحَمِيدُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ وَعَبْدُهُ أَفْضَلَ الْعَبِيدِ


أمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وقالَ اللهُ سبحانه تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ الكَرِيْمِ يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ اللهُ أَكْبَرُ ٣× لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ



وقالَ اللهُ سبحانه تَعَالىَ


۞ اَللّٰهُ نُوْرُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ مَثَلُ نُوْرِهٖ كَمِشْكٰوةٍ فِيْهَا مِصْبَاحٌۗ اَلْمِصْبَاحُ فِيْ زُجَاجَةٍۗ اَلزُّجَاجَةُ كَاَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُّوْقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُّبٰرَكَةٍ زَيْتُوْنَةٍ لَّا شَرْقِيَّةٍ وَّلَا غَرْبِيَّةٍۙ يَّكَادُ زَيْتُهَا يُضِيْۤءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌۗ نُوْرٌ عَلٰى نُوْرٍۗ يَهْدِى اللّٰهُ لِنُوْرِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَيَضْرِبُ اللّٰهُ الْاَمْثَالَ لِلنَّاسِۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌۙ ۝٣٥


Allāhu akbar (3x).


Ma’asyirol Muslimin Sidang sholat ‘Id Rahimakumullah…..


 


Hari ini adalah hari yang agung, mudik dan idul fitri adalah puncak dari puasa kita, orang yang berpuasa kemudian mudik dan idul fitri maka dia mencapai kesempurnaan nilai puasa, tentu baik puasa, mudik maupun idul fitri kesemuanya memiliki makna lahiriah dan makna bathiniyah sekaligus.


 


 صوم atau siyam puasa  berasal dari kata ‘shoma yashumu’ yang dalam makna lahiriah diartikan seabagai imsak/menahan sejenak dari tiga perkara : makan, minum dan jimak/hubungan badan  sejak terbit fajar sampai terbenam matahari, puasa pada makna zahir ini akan mendapatkan dua kegembiraan yang ditunggu, yaitu kegembiraan saat berbuka diwaktu adzan magrib dan saat hilal idul fitri telah terlihat dan diumumkan oleh pemerintah/saat lebaran tiba dan telah Kembali bebas makan minum dan bagi sebagian orang untuk melengkapi kegembiraan itu dilakukan juga dengan mudik secara zahir. dalam arti pulang ke kampung halaman untuk berkumpul dengan orang tua, keluarga atau untuk berziarah ke makam keluarga yang telah wafat.


 


namun dalam makna batiniyah nya puasa artinya ‘shomam, yaitu bisu’, diam atau berhenti, dalam arti menjaga dirinya yang bathin diam hening, dengan menutup penglihatan dan pendengaran  zahirnya, seraya menutup mulutnya. puasa dalam makna ini adalah melatih diri seperti orang yang bisu dan tuli, sehingga bisa menemukan keheningan, bagi yang puasanya mampu mencapai hening maka kegembiraan baginya adalah saat dia terbebas dari segala bentuk kesusah payahan dan kegembiraan  merasakan keindahan tiada tara saat merasakan Allah yang maha hadir dan meliputi seluruh detik hidupnya.


Inilah yang dikatakan Rasulullah :   لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ افِطْرِه  وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ 


atau dalam redaksi lain dikatakan : “lis shoimi farhatani : farhatun ‘inda ifthorihi, wa farhatun ‘inda ru’yatihi”. 


 


Saat mencapai hening manusia akan merasakan mudik dalam makna batiniyah, yaitu menelusuri siapa sebetulnya diri kita, dari mana berasal dan kemana akan kembali.Pada tahap inilah nanti kita akan tahu bahwa diri kita terdiri dari dua badan, yaitu badan jasmani dan badan ruhani.


 


Badan jasmani kita berasal dari gabungan 4 unsur dari adam, 4 dari ayah kandung dan 4 unsur dari ibu kandung, didalam diri kita ada darah daging orang tua kita, dan darah daging itu berisi memori dan informasi tentang orang tua kita, karenanya saat jauh anak dan orang tua akan merasakan ikatan rindu tiada tara, saat terpisah karena kematian akan ada rasa pilu yang tidak bisa didefinisikan.


 


dalam hening kita bisa menemukan bahwa diri kita sesungguhnya adalah kuburan memori dan informasi tentang orang tua kita, serta seluruh leluhur kita sampai kepada bapak adam, dalam hening, jika kita menengok lebih dalam kepada diri kita , sesungguhnya ada orang tua kita, ada leluhur kita bahkan ada unsur adam di dalamnya. Ilmu pengetahuan menyebutnya DNA, di dalam DNA terdapat informasi lengkap tentang orang tua kita sampai ke adam. Buah jatuh tidak jauh dari pohon nya.


 


Dalam hening mudiklah secara bathin, menemui orang tua dan leluhur dengan merasakan getaran energi dan membaca informasi yang tersimpan dalam diri kita, tidak semua orang melahirkan anak, tetapi tidak ada anak lahir tanpa melalui orang tua, orang tua yang melahirkan kita menyimpan berjuta do’a, harapan dan impian di dalam tubuh kita. Pejamkan mata, baca fatihah, tutup mulut dan tulikan telinga, lalu baca kembali semua  informasi tentang orang tua kita, yang tersimpan di memori pada diri kita. Ingat Kembali bagaimana mereka mengasuh kita, bagaimana saat mereka sakit, apa saja pesan dan harapan mereka, bagaimana senyum dan kehangatan cinta mereka.


 


Bahkan orang tua yang telah wafatpun sebetulnnya mereka tetap ada, mereka tidak kemana-mana, jasad mereka terurai  : unsur angin bersatu kembali dengan angin, begitu juga unsur air, tanah dan api, mereka tidak hilang, hanya berubah wujud menjadi energi, bersatu dengan energi semesta, dan energi itu ada disekeliling kita. Ruh mereka juga tidak kemana2, alam barzah itu disini, di sekitar kita, hanya beda dimensi saja, sebagaimana Rasul katakan : mereka seperti di ruang kaca, mereka bisa melihat kita, kita juga bisa melihat mereka dengan mata bathin kita, walaupun mata zahir kita tidak melihatnya, dengan membaca kembali semua informasi tentang mereka, yang tersimpan pada diri kita, mereka akan terasa, mereka senang, mereka gembira.


 


Dalam sebuah syair disebutkan  :


 


wahai saudara handai taulan

mengenal diri janganlah enggan

malu bertanya sesat dijalan

diakhirat nanti pasti dapat siksaan.


tuhan allah telah berperi

setiap insan sudah diberi

asalkan dia sudi mencari

tenangkan diri tengoklah hati.


empat anasar dari ibuku

empat anasar dari bapakku

4 anasar dari adam asal keturunanku

itulah awal kejadian jasadku


jasad jadi terurai sudah

tidak dapat berulah tingkah

tanpa diisi nyawa ataupun ruh

percikan nur muhammad rasulullah


allah jadikan saraba ampat

syariat thoriqat hakikat makrifat

menjadi satu di dalam khalwat

rasanya nyaman tiada tersurat


huruf allah ampat banyaknya

alif `itibar dari pada zat-nya

lam awal dan akhir sifat dan asma

ha isyarat dari ap`al-nya


jibril – mikail malaikat mulia

isyarat sifat jalal dan jamal

izrail – israfil rupa pasangannya

`itibar sifat qahar dan kamal


nur muhammad bermula nyata

asal jadi alam semesta

saumpama api dengan panasnya

itulah muhammad dengan tuhannya


api dan banyu tanah dan hawa

itulah dia alam dunia

menjadi awak barupa rupa

tulang sungsum daging dan darah


manusia lahir ke alam insan

di alam ajsam ampat bakawan

si tubaniyah dan tambuniyah

uriah lawan si camariah


rasa dan akal, daya dan nafsu

didalam raga nyata basatu

aku meliputi segala liku

matan hujung rambut ka ujung kuku


tubuh dan hati, nyawa – rahasia

satu yang zhohir amat nyatanya

tiga yang batin pasti adanya

alam shoghir itu sabutnya


mani-manikam-madi dan madzi

titis manitis jadi manjadi

si anak adam balaksa kati

hanya tahu allahu rabbi


ka-ampat ampatnya kada tapisah

datang dan bulik kepada allah

asalnya awak dari pada tanah

asalpun tanah sudah disyarah


 


 


Selanjutnya dalam hening kita juga akan menemukan, bahwa badan ruhani kita terdiri dari 4 ruh, yaitu ruh jismani berasal dari cahaya alam nasut, ruh rowani berasal dari cahaya alam malakut, ruh sulthoni berasal dari cahaya alam jabarut dan ruh qudsi/sir  berasal dari Nur Muhammad dan Nur Muhammad berasal dri Nurullah, ruh qudsi/sir inilah diri kita yang sejati. Diri kita yang sejati ini bukan mahluk bumi tapi berasal dari alam lahut.


إِنَّا لِلَّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ


“sesungguhnya kita sebagai manusia yang hakiki dalam bentuk ruh qudsi berasal dari laha, laha adalah alam lahut dan kesana semestinya kita harus Kembali”.


 


Di alam lahut inilah pada dimensi alam yang tertinggi terdapat suatu mahligai bernama “ maq’adi sidqin ‘inda malikin muqtadir”, mahligai ini bersandingan dengan “hadrotullah”. Inilah kampung asal manusia, yang mana pada saat manusia masih berada disini, manusia hanya memiliki satu nama yaitu “ahsana taqwim”, yang bermakna bahwa manusia dalam kondisi yang sempurna, tidak pernah merasakan kesulitan dan kesusahan apapun dan  setiap saat bisa wushul ke hadrotullah, merasakan kenikmatan tiada tara yang tidak bisa digambarkan dengan apapun saat merasakan pertemuan dengan Allah,menyadari dan merasakan kehadiran Allah, sebagaimana firman Allah :


 


لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسٰنَ فِىٓ أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ ثُمَّ رَدَدْنٰهُ أَسْفَلَ سٰفِلِيْنَ


Yang maknanya sebagaimana diuraikan oleh Syekh Abdul Qodir Jaelaniy dalm kitab Sirrul Asror “sesungguhnya Allah telah menciptakan manusia pada awalnya dalam keadaan yang sempurna dalam satu nama ‘ahsana taqwim’ dan ditempatkan di mahligai bernama ‘maq’adi sidqin ‘inda malikin muqtadir’, tanpa merasakan kesulitan dan kesusahan apapun, lalu untuk supaya menempuh perjalanan kembali, maka diturunkan, pada awalnya dari alam lahut ke alam jabarut, lalu diturunkan ke alam malakut, lalu diturunkan ke alam yang paling rendah/asfalas safilin, yaitu alam nasut atau alamul mulki yaitu jasad kasar yang berada di bumi sebagai alam terluar”.


 


Ketika sampai di alam terendah inilah manusia harus bergulat dengan kesulitan,kesusahan dan kepayahan yang tiada akhir, dia harus makan untuk memastikan jasad kasarnya tetap hidup, juga harus buang air, harus berpakaian, harus membuat rumah sebagai tempat tinggal, badan nya menjadi berat saat melangkah, sehingga harus menaiki kendaraan, semuanya harus diupayakan dengan susah payah, perlu tenaga, perlu biaya, perlu waktu, perlu pengorbanan tiada henti.


 


seluruh kepayahan ini tidak dapat dihentikan, kecuali bagi manusia yang mau menempuh jalan ‘mati selagi masih hidup’ sebagaimana perintah Rosul : 


موتوا قبل أن تموتوا


Yaitu mengupayakan dirinya yang hakiki dalam bentuk ruhani, dapat kembali ‘mudik’ ke kampung asalanya di alam lahut selagi jasad fisiknya masih hidup.


 


saat puasa kita telah mencapai hening, dan kemudian dapat mengenali siapa  diri kita, kita akan mengenal tuhan, siapa yang bisa mengenali dirinya maka dia akan mengenali tuhannya : “kenalilah dirimu rata-rata, maka engkau akan mengenal tuhan yang nyata”.


 


"مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ". 


Allāhu akbar, Allāhu akbar, Allāhu akbar, Walillahilhamd


Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah…….


 


Puasa dalam makna inilah yang secara otomatis menyempurnakan sholat kita, karena pada tahap ini kita telah sadar bahwa sholat tidak cukup menghadapkan jasad/badan ke ka’bah tetapi secara bersamaan harus meniatkan jasad menghadap ka’bah, insan menghadap baital ma’mur dan sir menghadap Allah. Jasad diwarisi dari bapak kita adam, sedangkan didalam sir adalah ruh agung yang merupakan warisan dari nur Muhammad. Sedangkan sir, nur Muhammad dan nurullah adalah esensi yang satu mahram, itu sebabnya istinja’ kita menjadi sempurna ketika kita memahami bahwa pada hakikatnya adam yang bersuci, Muhammad yang suci dan Allah yang menerima suci.


 


Yang terkena air adalah jasad kita yang diwarisi dari adam, namun sesungguhnya yang suci adalah sir yang didalamnya terdapat ruh qudsi kita, yang diwarisi dari Nur Muhammad dan saat itulah suci nya jasad dan ruh kita diterima oleh Allah. Sampai pada tahap ini kita juga aka paham, kenapa bersuci itu menggunakan air atau debu tidak menggunakan api/asap atau angin, padahal angin bisa digunakan untuk menyedot kotoran tebal yang ada di karpet, bahkan angin bisa menerbangkan ribuan kubik pasir menjadi badai di padang pasir.


 


Karena ruh adalah madzharullutfi yang tidak tampak sebagaimana malaikat, yang merupakan percikan dari nur Muhammad, ruh ini harus terus dijaga kesucianya agar tidak terkotori dan terkalahkan pengaruhnya oleh madzharul qohri berupa api dan angin, api murni menjadi setan, sedangkan api yang bercampur angin dalam diri kita menjadi hawa nafsu, api dan angin hanya dapat dikalahkan oleh air dan tanah/debu yang keduanya merupakan madzharullutfi yang zahir.


 


Menyiramkan air atau mengusap debu ke badan, bukan cuma soal membersihkan kotoran, tapi juga untuk supaya unsur air dan tanah dalam diri kita menang dan dominan melawan unsur api dan anginnya. bersuci itu perang unsur.itulah sebabnya ada bersuci dari najis sebagai kotoran yang nampak, ada juga bersuci dari hadats, sebagai kotoran yang bathin.


 


Dan jika telah demikian adanya, maka menjadi pahamlah kita tentang apa makna syahadat, tentang siapa yang bersaksi, apa yang disaksikan dan siapa yang menerima persaksian itu, sampai disini juga kita akan paham kenapa syahadat kita tidak  diterima, kecuali dengan dua kalimat syahadat sekaligus yaitu syahadat tentang karasulan Muhammad dan syahadat tentang tiada Tuhan selain Allah.


 


Lihatlah bagaimana saat akan perang badar, Abu Jahal  bersumpah demi Allah, dia memohon kemenangan kepada Allah, saat bersamaan Rasulullah juga bersumpah Demi dan memohon kemenangan kepada Allah, tetapi kenapa Abu Jahal dengan 10.000 pasukan justru kalah dan terbunuh, oleh pasukan kaum muslimin yang hanya berjumlah 300 orang, ya.. karena Abu Jahal bersaksi tiada Tuhan selain Allah tetapi dia gengsi bersaksi Muhammad sebagai utusan Allah.Kenapa demikian, ya karena Abu Jahal hanya memandang Muhammad sebagai basyar, sebagai manusia dalam bentuk jasad yang notabenenya adalah keponakanya sendiri. 


 


Lalu kenapa perang badar terjadi di bulan Ramadhan, ya karena itu sebagai symbol bahwa saat berpuasa inilah terjadi perang besar dalam diri kita sendiri,yaitu antara diri kita  yang selalu memahami bahwa manusia adalah badan zahir yang selalu harus kenyang makan minum, harus dibungkus pakaian mewah, harus punya rumah dan kendaraan, sibuk kita untuk itu, habis umur untuk itu, dengan diri kita sendiri yang memahami lebih dalam bahwa manusia sesungguhnya, bukan lah jasad ini, tetapi diri ruhani, yang menanggung rindu dendam tak terpadamkan kepada Tuhan,dia menahan perihnya kerinduan, karena haknya terlupakan, kerinduanya diabaikan, tertimbun pekat dan gelapnya badan, yang selalu diutamakan.


 


Setiap lebaran tiba diri ruhani menangis dalam rasa sakit yang tak terperi,karena sekian kali lebaran berlalu, kita hanya menghabiskan air mata untuk menangisi duka lahiriah, sementara duka bathin akan kerinduan kepada tuhannya kita abaikan sampai habis usia. 


 


Allohu Akbar 3x Walillahilhamd.


Hadirin Rohimakumuullah…..


 


Maka sampai disini kita menjadi paham kenapa ketiap malam kita melantunkan :


محمد بشر لا گالبشر بل هو گالياقوت بين الحجر


Muhammad itu manusia tetapi tidak seperti umumnya manusia lainya, bahkan dia adalah seperti intan permata diantara bebatuan lainya.


 


Syair ini kita lantunkan setiap malam, agar kita ingat, bahwa nabi Muhammad yang telah terlahir sebagai nabi terakhir bukanlah hanya jasad fisiknya, tetapi sesungguhnya lahirnya jasad fisik Muhammad itu, menjadi penyempurna wujudnya Nur Muhammad yang telah turun sebelumnya secara bertahap pada diri setiap Nabi, sejak Nabi adam, dan percikannya ada pada setiap diri manusia,jika kita tidak memahami ini maka kita akan menjadi Abu jahal, yang syahadatnya ditolak karena memahami Muhammad sebagai manusia zahir belaka, tanpa memahami sisi dalamnya.sebagaimana disabdakan oleh beliau : “aku adalah bapak dari segala ruh/manusia ruhani, dan adam adalah bapak segala badan/manusia zahir”.


 


Muhammad yang kita bersaksi padanya sebagai rasul, hakikatnya adalah cahaya, dia juga yang meyampaikan kalam Allah, kalam Allah adalah cahaya, cahaya yang kita bertawassul denganya kepada Allah, untuk kabulnya seluruh hajat kita, sebagaimana ungkapan yang selalu kita baca pada ujung ‘An nadhmu fi tartibi suwar’ atau yang lebih kita kenal sebagai nadhom mustaf’ilun : 



 


“Hasbi Rabbi Jalallah Ma fi Qalbi Ghoirallah 2x, Allahu Allahu Allah 2x, Nur Muhammad Rosulallah”.


 


Nur Muhammad adalah entitas pertama yang Allah ciptakan, sebelum segala sesuatu dan dari Nur Muhammad inilah Allah menciptakan segala sesuatu, Nur Muhammad adalah cahaya murni yang sangat bening, dia bukan cahaya seperti yang kita pahami selama ini, karena terang yang kita pahami sebagai cahaya lampu atau cahaya matahari pada hakikatnya adalah api semata, api adalah nar sedangkan cahaya adalah nur, karena nya terang matahari dan lampu disebut si-nar. Dan Ketika Nur Muhammad ini sempurna maka seluruh cahaya dan sinar lain menjadi hilang tidak berbekas,beliau adalah manusia yang  tubuhnya tidak berbayang-bayang, ketika terkena sinar matahari atau sinar apapun, karena tubuh beliau adalah nur.


 


Bahkan bahkan saking beningnya nur Muhammad ini, para malaikat yang ada di bumi harus melantunkan do’a :“ ya Allah lana bissa’adah, ya allah lana bissa’adah, ya allah lana bissa’adah “ serta dijawab oleh malaikat yang ada dilangit dengan ungkapan do’a “ wal khotima bisyahadah”. Hal demikian karena malaikat yang berada di bumi kehilangan pandangan mereka terhadap terang cahaya yang biasa mereka gunakan sebagai tangga untuk naik turun, saat nur Muhammad wujud bersatu sempurna pada jasad Muhammad, saat dilahirkan.


 


Dan hal terpenting yang harus kita pahami adalah bahwa sebagaimana intisari tanah, yang berasal dari adam, ada dalam setiap diri kita sebagai jasad fisik, maka percikan nur Muhammad, juga ada pada setiap diri kita sebagai intisari atau intinya inti, sebagaimana yang kita lantunkan setiap malam : “Allohumma solli wasallim wabarik ala sayyidina muhammadin wa ala alihi wa sohbih, syahada fiddunya wa mukhun bil akhiroh”.


 


Bahwa Muhammad yang kita selalu bersholawat kepadanya, bahwa Muhammad yang kita selalu bersaksi atas kerasulanya, bahwa Muhammad yang merupakan bapak dari segala ruh, bahwa Muhammad yang darinya diciptakan segala sesuatu, itu percikan nur-nya, ada pada setiap diri kita, dialah kesadaran yang membuat kita bisa bersaksi dan menyaksikan semesta beserta isinya, dan adalah mukhun atau intisari sebagai diri kita yang sejati yang akan kita temukan diujung pencarian dalam perjalanan batin kita. itulah syahada fiddunya wa mukhun bil akhiroh


 


Ramadhan adalah waktu yang disedikan tuhan agar kita berhenti sejenak,siang hari kita tidak makan tidak minum dan tidak berhubungan suami istri, agar kita mampu menutup telinga, dari suara apapun termasuk dari suara mulut kita sendiri, seolah-olah kita bisu dan tuli, karena dengan itulah nanti kita akan dapat menemukan percikan nur Muhammad yang ada pada diri kita, yang menjadi diri kita yang hakiki, percikan nur itulah kesadaran/aqal murni yang  yang membuat kita bisa mendengar, melihat, merasa, bisa berbicara, serta membuat kita sadar bahwa kita ada dan membuat kita menyadari segala sesuatu di sekitar kita.


 


Dan jika sudah demikian, saat nya kita mudik Kembali ke kampung halaman kita yang asli : :”jasad kita masih hidup tapi kesadaran kita selalu bersama dengan Allah, merasa bahwa Allah hadir dan dekat : jauh tidak berjarak dekat tidak bersentuhan”. 


 


Itulah kenapa dikatakan puasa itu tidak dibalas dengan pahala berupa syurga, seperti amalan lain, karena balasan yang pantas untuk puasa hanya satu, yaitu merasakan kenikmatan pertemuan, setelah kerinduan yang tak terperi kepada Allah, puncak puasa adalah mudik, kembalinya kesadaran/aqal murni kita kepada sebagaimana asalnya, yaitu tidak punya kecenderungan apapun  selain Allah ( hasbi rabbi jalallah ma fi qalbi ghoirallah ), itulah sejatinya fitrah kita, itulah idul fitri : Kembali Kepada fitrah kita sebagai mahluk robbani, sebagai jiwa yang merindukan tuhannya, sebagai cahaya yang berasal dari cahaya dan selalu  merindukan sang  cahaya diatas cahaya.


 


۞ اَللّٰهُ نُوْرُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ مَثَلُ نُوْرِهٖ كَمِشْكٰوةٍ فِيْهَا مِصْبَاحٌۗ اَلْمِصْبَاحُ فِيْ زُجَاجَةٍۗ اَلزُّجَاجَةُ كَاَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُّوْقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُّبٰرَكَةٍ زَيْتُوْنَةٍ لَّا شَرْقِيَّةٍ وَّلَا غَرْبِيَّةٍۙ يَّكَادُ زَيْتُهَا يُضِيْۤءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌۗ نُوْرٌ عَلٰى نُوْرٍۗ يَهْدِى اللّٰهُ لِنُوْرِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَيَضْرِبُ اللّٰهُ الْاَمْثَالَ لِلنَّاسِۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌۙ


Sampai disini barulah takbir Allohu akbarmu berisi dan penuh makna, saat engkau melantunkan takbir, engkau merasakan jadzbah atau getaran ilahiyah pada seluruh kulit daging, tulang,sumsum, nafas, jantung, nadi, darah, otak, fikir, dan bahkan getar hatimu.


 


اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ


jika itu sudah terjadi, maka sakit pun, akan kita rasakan sebagai nikmat, saat itu hilanglah kosakata sengsara dan derita dari otak, hati, pikiran dan seluruh denyut nadi kehidupan kita, yang ada hanya rasa bahagia dalam segala kondisi dan keadaan.


 


Para Filosuf dan ilmuwan besar dunia mengatakan :  saat engkau telah menemukan diri sejati mu sebagai entitas tak terbatas, engkau akan menjadi superman, kemampuan mu melebihi batas kewajaran kebanyakan orang, tetapi disukai, enak diajak bercanda, suka bergurau, tertawamu lepas, ngopi mu asyik, obrolan mu ringan tidak rumit, semesta senang bahagia dengan hadirmu, anak-anak tak segan mengajak mu bermain, hidupmu mengalir tanpa rekayasa, penampilan mu sederhana apa adanya, hidupmu ringan, tenang, senang dan menyenangkan, engkau tidak lagi menyesali masa lalu dan tidak pernah mengkhawatirkan masa depan, engkau paham bahwa hidupmu adalah sekarang ini, saat ini, masa lalu telah berjadi untuk apa disesali, masa depan belum tentu terjadi untuk apa engkau takuti.


 


Hadirin rahimakumullah…..


 


dadalang simpur barmain wayang

wayang asalnya si kulit kijang

agung dan sarun babun dikancang

kaler bapasang di atas gadang


wayang artinya si bayang-bayang

antara kadap si lawan tarang

samua majaz harus dipandang

simpur balalakun hanya saorang


samar, bagung si nalagaring

si jambulita suara nyaring

ampat isyarat amatlah panting

siapa handak mencari haning


aku rindu pada allah tuhanku

dimana berada tiadalah tentu

itulah awal pada sangkaku

ternyata lebih dekat dari daging dgn kuku


 


 


 


بارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا   وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


KHUTBAH KEDUA.


اللهُ اَكْبَرُ (٣×) اللهُ اَكْبَرُ (٤×)


 


اللهُ اَكْبَرُ كبيرًا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ


اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذي وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ الْوَفَا.


 


 أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ


أَمَّا بَعْدُ،


 


 فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ


 


اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ


 


عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ