Desember 27, 2024, 20:07 WIB
Last Updated 2024-12-27T13:07:40Z
Opini

5 Cabang GP Ansor Tak Diikut Sertakan Dalam Konferwil Kalbar Ada Apa?

Advertisement

 

Foto: Maulida Ahmad Sidiq Ketua PC GP Ansor Kabupaten Sekadau 

Penakhatulistiwa.id (Kalbar) - Perjalanan Ansor Kalbar sebagai daerah penyangga IKN memasuki tahap yang kritis, pasalnya dulu Ansor Kalbar boleh dibilang mati suri, pengurus ada hampir di semua Kabupaten/Kota tetapi sebagai Banom inti NU keberadaan pengurus itu "la yamutu wala yahya" alias tidak bermutu banyak biaya.




Salah satu bukti tidak bermutu nya adalah bahwa syarat minimal Ansor dikatakan aktif dan berkualitas adalah memiliki pasukan Banser terlatih dan aktif dalam kaderisasi, karena Banser adalah kader inti GP Ansor dan merupakan kader inti di NU yang berfungsi sebagai dinamisator, katalisator. Jika tidak ada Bansernya maka Ansor setempat boleh dikatakan mati dan secara otomatis NU nya pun berarti tidak hidup.



Saat itu Ansor hanya terdiri dari pengurus yang itu - itu saja tanpa pasukan, bicara Ansor ya bicara pasukan, kalo tidak punya pasukan berarti sama aja dengan LSM atau komunitas ngumpul - ngumpul.




Dahulu di jaman Gusdur memang pernah ada Banser di Kalbar, namun kemudian mati suri, kondisi ini berjalan sangat lama, sampai kemudian pada tahun 2008 muncul kembali geliat pasukan Banser dari wilayah timur Kalbar.




Pada saat itu ketua wilayah Ansor dijabat oleh Sahabat Romawi Martin dan 5 Cabang di wilayah timur meliputi Sintang, Kapuas Hulu, Sekadau, Melawi dan Sanggau menginisiasi Diklatsar bersama.




Dan sejak saat itu alumni Diklatsar tersebut tidak pernah berhenti keliling Kalbar dari satu kampung ke kampung lain, melewati hutan menembus badai, untuk melakukan kaderisasi dan perekrutan anggota sampai kemudian hari ini jumlah Banser sudah diatas jumlah TNI POLRI yang menempati wilayah penyangga IKN ini.




Perkembangan jumlah, kekuatan dan militansi Banser ini meningkat secara signifikan saat ketua Wilayah dijabat oleh Sahabat M Nurdin.




Nurdin menjadi simbol kebangkitan Ansor Banser Kalbar dengan gelora yang tak terbendung seperti badai yang mengamuk tak kenal lelah dan tak kenal berhenti.




Namun sangat miris dan sangat disayangkan kini gelora semangat itu dipatahkan entah dengan alasan apa, ketika 5 cabang seakan dipatahkan dari kepesertaan nya di momen Konferwil tahun 2024.




Para Ketua Cabang di wilayah terberat ini bercerita bahwa alasan yang disampaikan sangat mengada-ada seperti misalnya karena cabang belum konfercab, padahal sudah diajukan berkali - kali namun tidak digubris, dengan alasan anak cabang peserta konferensi tidak ber SK, padahal SK diterbitkan oleh Pimpinan Wilayah.




SK tidak diterbitkan dengan alasan sertifikat kaderisasi padahal tidak ada satupun anak cabang dan ranting yang dibentuk kecuali bahwa ditempat tersebut memang pengurus nya adalah kader yang telah lulus kaderisasi baik Diklatsar, PKD bahkan ada yang sudah PKL, SUSBALAN, SUSBANPIM dan PKN.




Akibatnya pasukan di sejumlah wilayah timur Kalbar kini meradang wilayah timur Kalbar bergejolak mereka menduga ada kesengajaan karena alasan tertentu untuk mengamputasi hak demokrasi organisasi yang dilakukan oleh pihak - pihak tertentu.




Aneh, dulu berjalan dari satu pintu ke pintu lain, dulu berjibaku tak kenal waktu tak kenal hujan panas mengajak pemuda untuk berkhidmat di organisasi nya para ulama, sekarang kok mau mengabdi saja sulitnya bukan main, organisasi ini tidak lagi dikelola sebagai tempat berkhidmat tetapi sudah menjadi seperti 'perusahaan' yang diatur oleh pemilik kapital.




Kini gaung mosi tidak percaya pun menggelar, sejumlah kader bahkan melakukan sholat jenazah untuk menandai matinya semangat demokrasi dan pergerakan organisasi. Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un. Alfatihah.


(Muhyi Sidiq).