Advertisement
Menteri Agama RI saat mengunjungi jamaah haji yang sedang dirawat |
Penakhatulistiwa.id (Arafah) - Tujuh jamaah haji Indonesia meninggal dunia saat puncak ibadah haji di Arafah. Para jemaah haji tersebut wafat saat menjalani perawatan di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI).
Hal itu terungkap ketika Amirul Hajj sekaligus Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengunjungi KKHI sesaat sebelum meninggalkan Arafah menuju Muzdalifah dan Mina.
Dalam kunjungannya, Gus Yaqut, panggilan akrabnya, menyempatkan diri menyapa jamaah haji yang menjalani perawatan medis di KKHI.
"Innalillahi wa innailahi rajiun, tujuh jamaah kita wafat hari ini di Arafah di KKHI," ujarnya, Selasa (27/6/2023) malam waktu Arab Saudi.
Gus Yaqut menjelaskan, cuaca saat wukuf Arafah memang cukup panas. Hal ini yang membuat banyak jamaah haji harus menjalani perawatan medis.
"Ya tadi saya ke KKHI berdiskusi dengan Bu Dirjen (Direktur Jenderal Tenaga Kesehatan Kemenkes RI, Aryanti Anaya) dan Kapuskes. Memang cukup crowded pasca-wukuf. Kalau kata Bu Dirjen banjir itu pasca-wukuf. Jadi kapasitas yang harusnya 30 di KKHI karena cuaca wukuf tadi cukup panas jadi dimanfaatkan 50 pasien," katanya,
Menurut Gus Yaqut, setelah berdiskusi dengan Kapuskes Haji, Liliek ada beberapa catatan yang perlu di waspadai di Mina.
"Di Arafah yang diam saja, seperti itu yang terjadi. Padat KKHI dan yang wafat tujuh orang. Kita khawatir kalau di Mina tidak disiapkan betul, kejadian sama akan terulang. Banyak jamaah yang dirawat," katanya.
Gus Yaqut menyebut, saat ini tengah disiapkan skenario-skenario bagaimana agar jamaah yang mayoritas lansia ini dapat beribadah dengan baik.
"Saya sudah minta ke Pak Dirjen skemanya seperti apa. Kondisi fisiknya seperti apa. Bagi yang tidak mungkin maka tidak boleh dipaksakan. Jadi yang benar-benar mungkin saja yang bisa lempar jumrah, yang lain itu dibadalkan. Pilihan skenarionya dibadalkan," ucapnya.
Begitu juga jemaah yang boleh tawaf wada', kata Gus Yaqut, adalah jamaah yang bisa melaksanakan lempar jumrah sendiri. Sedangkan yang lainnya dibadalkan.
"Intinya kita tidak mau jamaah ini dipaksakan kondisi fisiknya. Agama itu kan mempermudah. Kalau memang harus dibadalkan, badalkan. Saya kira kita memiliki petugas yang cukup untuk membadalkan jamaah haji. Lempar jumrah kan satu orang bisa mewakili beberapa orang," kata Gus Yaqut.
Gus Yaqut menegaskan bahwa pelaksanaan badal ini tidak dipungut biaya alias gratis. "Tidak ada pungutan apa pun terkait badal. Baik tawaf ifadah bahkan badal haji juga tidak ada pungutan apa pun," tegasnya.
Di sisi lain, Gus Yaqut menyebut pelaksanaan wukuf di Arafah secara keseluruhan cukup baik. Meski diakuinya ada keluhan.
"Keluhan ada, itu dinamika mengurus 229.000 jemaah haji itu tidak mudah, pasti ada dinamikanya. Tapi belum sampai pada titik krusial. Alhamdulillah saya bertemu jamaah mereka menyatakan kepuasannya," ujarnya.
Terkait kekurangan yang ada, pihaknya pada Jumat mendatang akan bertemu dengan Menteri Agama Arab Saudi. "Kita sudah punya catatan-catatan yang harus diperbaiki," kata Gus Yaqut.
Sumber: NU Online