Advertisement
Dok.sumber NU Online |
PENAKHATULISTIWA.ID(NASIONAL)-Anggota Tim Unifikasi Kalender Hijriyah Kementerian Agama H Cecep Nurwendaya menyampaikan bahwa hilal 1 Syawal 1443 H sangat mungkin terlihat pada hari ini, Ahad (1/5/2022) atau bertepatan dengan 29 Ramadhan 1443 H.
“Sebagian wilayah Indonesia sebelah barat termasuk Malaysia berwarna biru, secara sains pun memungkinkan hilal teramati dengan alat bantu teleskop,” ujarnya saat Seminar Kajian Hisab (Astronomi) Posisi Hilal Awal Syawal 1443 H pada Ahad (1/5/2022) yang disiarkan langsung melalui kanal Youtube Bimas Islam TV.
Menurutnya, 99 titik yang ditunjuk Kementerian Agama untuk melakukan rukyatul hilal sudah menggunakan teleskop untuk membantu melihat hilal. Karenanya, tinggal menunggu cuaca cerah agar hilal dapat terlihat. “Sangat memungkinkan hilal ini terlihat. Insyaallah menunggu hasilnya mudah-mudahan cerah,” katanya.
Lebih lanjut, pakar Astronomi itu menjelaskan bahwa tinggi hilal di paling timur Indonesia sudah lebih dari 3 derajat, sedang paling barat sudah lebih dari 5 derajat. Hal tersebut diperkuat dengan elongasi yang berada di antara 5,2 derajat hingga 7,2 derajat.
Sementara itu, sebagaimana diketahui bersama, bahwa kriteria imkan rukyah (kemungkinan hilal dapat teramati) dari kesepakatan Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) adalah tinggi hilal 3 derajat dengan elongasi 6,4 derajat.
Ia menjelaskan bahwa ada dua elongasi, yakni geosentrik dan toposentrik. Keduanya di wilayah Indonesia sudah memenuhi kriteria. “Dua-duanya sudah masuk (kriteria baru MABIMS),” ujarnya.
Oleh karena itu, Cecep menegaskan bahwa secara perhitungan ilmu falak, 1 Syawal 1443 H jatuh bertepatan pada Senin, 2 Mei 2022 M. Namun, hal ini harus dikonfirmasi dengan hasil dari pengamatan observasi rukyatul hilal. “Secara hisab, karena Idnonesia menggunakan konsep wilayatul hukmi, 1 Syawal 1443 H bertepatan dengan 2 Mei 2022. Kita menunggu hasil konfirmasi rukyah,” jelasnya.
Ia juga menginformasikan bahwa Kementerian Agama mengafirmasi 27 metode perhitungan ilmu falak untuk melihat posisi hilal. “Dari 27 metode, termasuk modern, sudah memenuhi syarat,” katanya.
Ada metode yang tidak menggunakan elongasi dan tetap diberikan tempat. “Ada memang sistem yang tidak menghitung elongasi. Kementerian agama betul memfasilitasi. Semua sistem hisab diberikan tempatnya,” lanjutnya.
sumber: NU Online